Notification

×

Iklan

Iklan

Patrick Kluivert: Dari Legenda Barcelona ke "Mimpi Buruk" Timnas Indonesia?

Kamis, 20 Maret 2025 | 23:53 WIB | 0 Views Last Updated 2025-03-20T16:55:29Z

sumber foto//viva

Indonesia terbang tinggi bersama Shin Tae-yong, lalu jatuh terjerembab dalam debut Patrick Kluivert. Patrick Kluivert datang dengan nama besar, tapi apakah dia benar-benar solusi yang dibutuhkan Timnas Indonesia? Kekalahan telak 5-1 dalam laga debutnya langsung menimbulkan pertanyaan besar: Apakah PSSI telah salah langkah?

Saat diumumkan sebagai pelatih baru, banyak yang berharap mantan striker Barcelona ini bisa membawa filosofi sepak bola menyerang ke Garuda. Namun, kenyataan di lapangan justru berbanding terbalik. Indonesia terlihat lemah, kehilangan arah, dan dibantai habis-habisan.


Di sisi lain, bayangan Shin Tae-yong masih begitu kuat. Pelatih asal Korea Selatan ini telah mengubah wajah Timnas Indonesia, menjadikannya lebih disiplin, lebih kompetitif, dan membawa mentalitas juara yang sebelumnya sulit ditemukan. Maka, wajar jika banyak yang mulai mempertanyakan keputusan PSSI menggantikannya dengan Kluivert.


Patrick Kluivert: Nama Besar, Pengalaman Minim?

Sebagai pemain, Patrick Kluivert adalah legenda. Dia mengangkat trofi Liga Champions bersama Ajax, mencetak banyak gol untuk Barcelona, dan menjadi salah satu striker terbaik yang pernah dimiliki Belanda.


Namun, sebagai pelatih, rekam jejaknya jauh dari meyakinkan. Pengalaman Kluivert lebih banyak di akademi, sebagai asisten, atau melatih tim kecil seperti Curacao. Berbeda dengan Shin Tae-yong yang sudah pernah membawa Korea Selatan ke Piala Dunia dan mengalahkan Jerman, Kluivert belum pernah membuktikan dirinya di level yang sama.


Jadi, mengapa PSSI memilihnya?

Apakah sekadar mengejar nama besar tanpa melihat bukti nyata di lapangan? Apakah Indonesia benar-benar butuh revolusi filosofi, atau justru hanya butuh kelanjutan dari fondasi yang sudah dibangun Shin Tae-yong?


Dari Era Disiplin ke Eksperimen?

Shin Tae-yong membawa pendekatan berbasis disiplin tinggi, fisik yang kuat, dan strategi serangan balik cepat yang cocok dengan karakter pemain Indonesia. Hasilnya? Timnas Indonesia berkembang pesat, dari sekadar tim medioker menjadi skuad yang mulai diperhitungkan di Asia.


Namun, di bawah Kluivert, tampaknya pendekatan ini mulai berubah. Ia lebih condong ke filosofi Total Football, yang mengutamakan penguasaan bola dan permainan menyerang. Masalahnya, apakah pemain Indonesia sudah siap dengan sistem ini?


Debutnya yang berakhir dengan kekalahan telak seolah menjadi sinyal bahwa eksperimen ini masih jauh dari kata berhasil.


Kekalahan 5-1: Alarm Bahaya untuk PSSI?

Tak ada yang menyangka Indonesia akan dipermalukan dengan skor sebesar itu. Lini pertahanan yang sebelumnya cukup solid kini terlihat rapuh, serangan yang dulu cepat kini tumpul, dan para pemain seolah kebingungan di lapangan.


Apakah ini karena mereka masih beradaptasi dengan gaya baru? Ataukah justru karena sistem Kluivert tidak cocok dengan karakter pemain Indonesia?


Satu hal yang pasti, publik mulai resah. Fans yang sebelumnya optimis kini mulai meragukan keputusan PSSI.


Keputusan Berisiko yang Bisa Mengorbankan Indonesia

Mengganti Shin Tae-yong dengan Patrick Kluivert bukan keputusan kecil. Jika berhasil, Indonesia bisa naik level lebih tinggi. Tapi jika gagal, Indonesia bisa kehilangan momentum emas yang sudah dibangun selama bertahun-tahun.


Kekalahan 5-1 bukan hanya angka. Ini adalah alarm keras bahwa ada yang tidak beres. Jika Kluivert tidak segera menemukan solusi, maka kritik akan semakin keras, dan pertanyaan besar pun muncul: Apakah PSSI harus segera mencari pelatih baru sebelum semuanya terlambat?


Bagaimana menurut Anda? Haruskah Kluivert diberi waktu, atau ini pertanda bahwa PSSI telah mengambil langkah yang salah?

×
Berita Terbaru Update