Setelah tujuh tahun memimpin, Direktur Eksekutif Ethereum Foundation, Aya Miyaguchi, mengumumkan pengunduran dirinya.
Namun, kepergiannya dari kursi eksekutif bukan berarti ia benar-benar meninggalkan yayasan.
Aya akan mengambil peran baru sebagai Presiden Ethereum Foundation, yang berfokus pada strategi jangka panjang organisasi non-profit tersebut.
Dalam sebuah pernyataan resmi yang diunggah melalui blog Ethereum pada Selasa (25/2/2025), Aya mengungkapkan bahwa ini adalah transisi yang telah direncanakan.
“Hari ini, saya sangat senang membalik halaman dan berbagi bahwa saya akan segera menutup bab ini sebagai Direktur Eksekutif Ethereum Foundation dan melangkah ke peran baru sebagai Presiden,” tulisnya.
Efek Aya Mundur: Siapa Penggantinya?
Aya meninggalkan Ethereum Foundation di tengah spekulasi komunitas tentang siapa yang akan menggantikannya.
Sejumlah nama mulai bermunculan, tetapi kandidat yang paling banyak disebut adalah Danny Ryan, eks peneliti dan pengembang Ethereum yang memainkan peran penting dalam transisi jaringan ke mekanisme konsensus Proof-of-Stake (PoS).
Sementara itu, Co-founder Ethereum, Vitalik Buterin, menegaskan bahwa Ethereum Foundation akan segera mengumumkan struktur kepemimpinan baru, yang diklaim lebih fleksibel dalam menghadapi dinamika industri kripto.
Namun, pengunduran diri Aya ini tidak terjadi dalam ruang hampa. Beberapa bulan terakhir, Ethereum Foundation menghadapi kritik dari komunitas kripto yang mempertanyakan arah pengembangannya.
Aya sendiri menanggapi kritik ini dengan menegaskan bahwa desentralisasi adalah kekuatan inti Ethereum.
“Ethereum adalah milik semua orang, bukan milik siapa-siapa,” ungkapnya.
Ethereum Foundation, menurut Aya, bukanlah organisasi yang berkembang seperti korporasi tradisional yang ingin mendominasi ekosistem Ethereum.
Sebaliknya, yayasan ini lebih menyerupai konsep "Taman Tanpa Batas", sebuah ekosistem yang berkembang secara organik tanpa kontrol terpusat.
ETH Menguat, Tapi Pasar Masih Bergejolak
Menariknya, meski Ethereum (ETH) sempat mengalami penurunan 18% sejak Minggu (23/2/2025), harga ETH justru mengalami rebound pasca pengumuman Aya.
Berdasarkan data CoinMarketCap, harga ETH naik dari US$2.339 (sekitar Rp38,2 juta) menjadi US$2.494 (sekitar Rp40,7 juta), meningkat 0,4% dalam 24 jam terakhir.
Namun, tren positif ini terjadi di tengah tekanan besar di pasar kripto.
Data Farside Investors menunjukkan bahwa ETF spot Ethereum di AS mengalami outflow bersih sebesar US$78 juta (Rp1,2 triliun) pada Senin (24/2/2025), memperpanjang tren negatif selama tiga hari berturut-turut.
Di sisi lain, CoinGlass mencatat likuidasi futures Ethereum mencapai US$177,6 juta (Rp2,9 triliun) dalam 24 jam terakhir.
Mayoritas dari likuidasi ini berasal dari posisi long sebesar US$135,78 juta (Rp2,2 triliun), menunjukkan bahwa banyak investor yang bertaruh pada kenaikan harga justru terkena dampaknya.
Belum lagi faktor eksternal seperti hack yang dialami Bybit pada 21 Februari lalu, yang juga memberi tekanan pada ETH.
Setelah serangan tersebut, Bybit mulai membeli ETH untuk menutup kesenjangan likuiditas, yang turut mempengaruhi pergerakan harga aset ini.
Ethereum Foundation ke Depan: Babak Baru atau Masalah Lama?
Dengan peralihan peran Aya Miyaguchi dan kemungkinan pergantian kepemimpinan, Ethereum Foundation memasuki babak baru dalam sejarahnya.
Apakah transisi ini akan membawa Ethereum Foundation ke arah yang lebih baik atau justru semakin memperdalam ketidakpastian di ekosistem Ethereum?
Yang jelas, meski Ethereum kerap menghadapi gejolak, ekosistemnya tetap menjadi pusat inovasi di dunia blockchain.
Namun, ke mana arah Ethereum setelah ini—terutama dengan tantangan regulasi dan tekanan pasar yang terus meningkat—masih menjadi tanda tanya besar bagi komunitas kripto.
